Translate

Minggu, 29 Juni 2014

Aksara Jawa



Aksara Jawa/Carakan dan Pasangannya
Aksara Jawa berjumlah 20 huruf. Aksara dimulai huruf ha (       ) dan diakhiri dengan huruf nga (ꦓ) (Sudaryanto 1991:233). Tabel aksara Jawa dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

No
Aksara Jawa
Pasangan
Aksara Latin

1.
.........ꦔ

ha

2.
.........ꦕ

na

3.
.........ꦖ

ca

4.
.......ꦗ..

ra

5.
.........ꦘ

ka

6.
.......ꦙ..

da

7.
.........ꦚ

ta

8.
          .........

sa

9.
.......ꦜ..

wa

10.
.........ꦝ

la

11.
          .........

pa

12.
.......ꦟ..

da

13.
.......ꦠ..

ja

14.
.......ꦡ..

ya

15.
.........

nya

16.
......ꦣ...

ma

17.
.......ꦤ..

ga

18.
.......ꦥ..

ba

19.
            .......ꦦ..

tha

20.
.......ꦧ..

nga












































  Aksara Murda dan Pasangannya
Aksara murda pada prinsipnya tidak pernah ada. Aksara murda yang sebenarya adalah aksara mahaprana, yaitu aksara yang dilafalkan dengan napas berat. Jumlah aksara murda ada 8 buah seperti berikut.

No.
Aksara Murda
Pasangan
Aksara Latin

1.
..........ꦯ

Na

2.
..........ꦩ

Ka

3.
.........ꦱ

Ta

4.
.........ꦲ

Sa

5.
.........꦳

Pa

6.
ꦌ꧆
..........ꦠ꧇

Nya

7.
..........ꦴ

Ga

8.
..........ꦵ

Ba














Aksara Swara
Aksara swara dalam bahasa Jawa berjumlah 5 suara. Kelima suara tersebut berbunyi A, I, U, E, dan O. Bentuk aksara swara adalah sebagai berikut.

No.
Aksara Swara
Nama dan Bunyi Suara

1.
꧕ꦛ

akara (A)

2.
ꦈ꧆

ikara (I)

3.
ꦓꦙ

ukara (U)

4.

ekara (É)

5.
ꦈꦙ

okara (O)

Sandhangan
Sandhangan adalah tanda yang dipakai untuk mengubah lafal huruf Jawa dan pasangan. Jenis sandhangan ada 4 yaitu 1) sandhangan swara;
2) sandhangan wyanjana; 3) sandhangan panyigeging; dan 4) sandhangan pangkon. Sandhangan swara berfungsi mengubah lafal vokal. Sandhangan wyanjana berfungsi membentuk gugus konsonan dengan mengkonsonankan huruf atau pasangan yang diberi sandhangan ini. Sandhangan panyigeging berfungsi sebagai konsonan penutup kata. Sandhangan pangkon berfungsi untuk mengkonsonankan huruf Jawa.
a.    Sandhangan Swara
Penanda bunyi dalam aksara Jawa guna mengubah bunyi pokok untuk berbunyi seperti sandhangan-nya (Sudaryanto 1991:280). Sandhangan swara terbagi menjadi lima macam, yaitu: 1) wulu, 2) suku, 3) pepet, 4) taling, dan 5) taling tarung.

No
Sandhangan Swara
Nama dan Bunyi Suara
Contoh

1.

.......ꦶ..

wulu (i)
ꦇꦈꦶꦌꦶꦈꦶꦌꦶ

2.
.........ꦸ

suku (u)
ꦏꦸꦈꦸꦇꦿ


3.
.......ꦷ..

pepet (e)
ꦊꦷꦐꦆꦿ


4.
.........

taling
)
ꦺꦅꦁꦺ꧋       ꦺꦍꦁꦿ

5.
.........

taling tarung (o)
ꦺꦄꦻꦺꦁꦻ


b.   Sandhangan Wyanjana
Sandhangan wyanjana disebut juga pambukaning wanda, yaitu penanda bunyi sebagai pengganti aksara yang dilekatkan pada aksara lain sehingga membentuk bunyi rangkap (Sudaryanto 1991:280-281). Wujudnya sandhangan wjanjana ada tiga macam: 1) cakra, 2) keret, dan 3) pengkal.

No
Sandangan Wjanjana
Nama dan Bunyi Suara
Contoh

1.
᯻.........

cakra (r)
ꦺꦁ᯻  ꦆ


2.
.......꧄..

keret/pengganti cakra dan pepet (e)
ꦈ꧄ꦄꦛ

3.
.........


pengkal (y)
ꦅꦅ꧀


c.    Sandhangan Panyigeging
Penanda bunyi berupa konsonan yang berakhir dengan aksara yang dipergunakan sebagai penanda suku mati (Sudaryanto 1991:280). Wujudnya ialah wignyan (pengganti huruf  h), layar (pengganti huruf  r), dan cecak (pengganti huruf  ng).

No
Sandhangan Panyigeging
Nama dan Bunyi Suara

Contoh

1.
.........

wigyan (h)
ꦊꦶꦇꦾ


2.
.....ꦽ....

layar (r)
ꦇꦶꦽꦁ


3.
.....ꦼ....

cecak (ng)
ꦀꦶꦉꦼꦁ


Sandhangan Pangkon      
Sandhangan pangkon wujudnya     ꦿ. Sandhangan ini digunakan untuk mengkonsonankan huruf Jawa. Pangkon berfungsi juga sebagai tanda koma (pengganti pada lingsa). Jika penulisan pangkon dalam suatu kalimat itu dikuti pada lingsa artinya sama dengan pada lungsi atau titik.

Tanda Baca
Tanda baca dalam bahasa Jawa  disebut pada. Penulisan pada huruf Jawa ditulis tanpa spasi, juga tidak terdapat tanda tanya (?), tanda seru (!), dan tanda hubung (-). Jumlah tanda baca bahasa Jawa ada 12 macam. Bentuk tanda baca bahasa Jawa yang terdapat dalam teks KBR adalah sebagai berikut.

No
Tanda Baca
Nama
Fungsi

1.

pada
madya

sebagai pembukaan surat dari sesama/sederajat

2.
꧛ꦑꦖ꧛

purwa pada
sebagai pembuka karya sastra berbentuk tembang didepan bait pertama pupuh pertama

3.
ꦨ꧃꧗

madya pada
ditulis diakhir pupuh bila akan berganti jenis tembang (bersambung pupuh lain)

4.
꧙ꦑ꧆꧙

wasana pada
digunakan pada akhir cerita yang ditulis dalam bentuk tembang





5.

adeg
-adeg/ ada-ada

dipakai untuk pembukaan kalimat

6.

pada lingsa

seperti halnya koma pada huruf latin

7.

pada lungsi

sebagai tanda titik


Sumber:
Darusuprapta, H. Hardjawijana, Nursatwika, R.S. Subalidinata, S. Hadiatmadja, A.P. Puspita, S. Prawiradisastra, Suwadji, Gina, P. Mustiko, E. Suhardjendra, H.J. Koesoemanto, S. Tjoktowinoto, Sunardji, M. Sudiyanto, R.M.A. Sudiyatmana, N.S. Hudan, S. Kartomihardjo, Ec. Suharwadji, dan E. Kuntarto. 1995. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar